HabibAbu Bakar merupakan cendekiawan Muslim yang berasal dari bumi sejuta wali, Hadramaut-Yaman. Kiprahnya dalam berdakwah telah masyhur di berbagai penjuru negeri, baik di Timur Tengah maupun di Eropa. Ia dilahirkan di lembah Ahwar yang terletak di provinsi Aden, pada tahun 1366 H/1947 M. Baca Juga: Ulama Wafat, Ikan dan Burung pun Berduka

Beliau adalah seorang wali Allah yang mempunyai berbagai macam karamah yang luar biasa. Beliau berasal dari keturunan Al-Ba’alawi. Sebahagian dari karamahnya pernah diceritakan bahawasanya pernah ada dua orang yang datang ke kota Tarim Hadhramaut dengan maksud mengunjungi setiap orang terkemuka dari keluarga Al-Ba’alawi yang berada di kota tersebut. Setibanya di suatu masjid jami’ keduanya dapati Syeikh Abu Bakar sedang bersolat di masjid tersebut. Setelah solat Jumaat selesai keduanya menunggu keluarnya Syeikh Abu Bakar dari masjid. Namun beliau tetap duduk beribadat dalam masjid sampai hampir matahari terbenam. Kedua orang itu merasa lapar, tapi keduanya tidak berani beranjak dari masjid sebelum bertemu dengan Syeikh Abu Bakar. Tidak lama kemudian, Syeikh Abu Bakar Asseggaf menoleh kepada mereka berdua sambil berkata “Ambillah apa yang ada dalam baju ini”. Keduanya mendapati dalam baju Syeikh itu sepotong roti panas. Roti tersebut cukup mengenyangkan perut kedua orang tersebut. Bahkan masih ada sisanya. Kemudian sisa roti itu barulah dimakan oleh Syeikh Abu Bakar”. Ada seorang diceritakan telah meminang seorang gadis. Syeikh Abu Bakar ketika mendengar berita tersebut telah memberikan komentarnya “Pemuda itu tidak akan mengahwini gadis itu, ia akan kahwin dengan ibu gadis tersebut”. Apa yang diceritakan oleh Syeikh Abu Bakar ersebut ternyata benar, kerana tidak lama kemudian ibu gadis itu diceraikan oleh suaminya. Kemudian pemuda itu membatalkan niatuntuk mengahwini gadis tersebut. Bahkan sebagai gantinya ia meminang ibu gadis tersebut. Diceritakan pula bahwa ada serombongan tetamu yang berkunjung di Kota Tarim tempat kediaman Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Tetamu itu tergerak di hatinya masing-masing ingin makan bubur gandum dan daging. Tepat waktu rombongan tetamu itu masuk ke rumah Syeikh Abu Bakar, beliau segera menjamu bubur gandum yang dimasak dengan sebahagian dari rombongan tersebut ada yang berkata “Kami ingin minum air hujan”. Syeikh Abu Bakar berkata kepada pembantunya “Ambillah bejana itu dan penuhilah dengan air yang ada di mata air keluarga Bahsin”. Pelayan itu segera keluar membawa bejana untuk mengambil air yang dimaksud oleh saudagarnya. Ternyata air yang diambil ari mata air keluarga Bahsin itu rasanya tawar seperti air hujan. Pernah diceritakan bahawasanya ada seorang Qadhi dari keluarga Baya’qub yang mengumpat Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Ketika Syeikh Abu Bakar mendengar umpatan itu, beliau hanya berkata “Insya-Allah Qadhi Baya’qub itu akan buta kedua matanya dan rumahnya akan dirampas jika ia telah meninggal dunia”. Apa yang dikatakan oleh Syeikh Abu Bakar tersebut terlaksana sama seperti yang dikatakan. Ada seorang penguasa yang merampas harta kekayaan seorang pelayan dari keluarga Bani Syawiah. Pelayan itu minta tolong kepada Syeikh Abu Bakar Asseggaf. Pada keesokkan harinya penguasa tersebut tiba-tiba datang kepada pelayan itu dengan mengembalikan semua harta kekayaannya yang dirampas dan dia pun meminta maaf atas segala kesalahannya. Penguasa itu bercerita “Alu telah didatangi oleh seorang yang sifatnya demikian, demikian, sambil mengancamku jika aku tidak mengembalikan barangmu yang kurampas ini”. Segala sifat yang disebutkan oleh penguasa tersebut sama seperti yang terdapat pada diri Syeikh Abu Bakar. Diceritakan pula oleh sebagian kawannya bahawasanya pernah ada seorang ketika dalam suatu perjalanan di padang pasir bersama keluarganya tiba-tiba ia merasa haus tidak mendapatkan air. Sampai hampir mati rasanya mencari air untuk diminum. Akhirnya ia teringat pada Syeikh Abu Bakar Asseggaf dan menyebut namanya minta pertolongan. Waktu orang itu tertidur ia bermimpi melihat seorang penunggang kuda berkata padanya “Telah kami dengar permintaan tolongmu, apakah kamu mengira kami akan mengabaikan kamu?” Waktu orang itu terbangun dari tidurnya, ia dapati ada seorang Badwi sedang membawa tempat air berdiri di depannya. Badwi itu memberinya minum sampai puas dan menunjukkannya jalan keluar hingga dapat selamat sampai ke tempat dari Kemuliaan Para Wali – karangan Zulkifli Mat Isa, terbitan Perniagaan Jahabersa Comment RSS TrackBack URI
HabibAbu Bakar bin Muhammad bin Umar Assegaf menghadap kepada Allah SWT pada tahun 1376 H atau lebih tepat pada usianya yang 91 tahun. Jasad beliau disemayamkan di sebelah masjid Jami, Kabupaten Gresik. Dan sampai saat ini para peziarah tidak pernah berhenti untuk mengunjungi makam beliau.
ï»ż- Kabar duka kembali menyelimuti umat Islam di Tanah Air. Satu per satu ulama kharismatik di Indonesia wafat. Kekinian adalah Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf, salah satu ulama berpengaruh di DKI Jakarta. Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf wafat pada, Jumat 15/1/2021 kemarin ba’da Ashar. Almarhum Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf meninggal dunia di Rumah Sakit Holistic, Purwakarta, Jawa Barat. Baca JugaMaklumat Keluarga Habib Ali ke Jamaah Tak Usah Ikut ke Pemakaman Foto kolase Sayyidil Walid Al Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf. [[email protected]]Pemakaman Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf rencananya akan dilakukan di kompleks Makam Habib Kuncung di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, hari ini Sabtu 16/1/2021. Hal itu sebagaimana disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal Persaudaraan Alumni atau PA 212, Novel Bamukmin. Novel mengatakan, kabar tersebut diperolehnya dari menantu almarhum, Habib Sholeh bin Baqir Al Athos. "Dimakamin di Makam Habib Kuncung," kata Novel kepada Jumat 15/1/2021 malam. Asal Usul Marga Assegaf Baca JugaUcapkan Kabar Duka, UAS Bagikan Momen Genggam Erat Tangan Habib Ali Dikutip akun Facebook Habib Ahmad Kazim Al-Kaff, Marga Assegaf diturunkan oleh Al-Quthub Ar-Robbani Faqihil Muqaddam At-Tsani Al-Imam Abdurrahman Assegaf. Imam Abdurrahman Assegaf merupakan putra dari Imam Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Faqih Muqaddam. Ibunda Imam Abdurrahman Assegaf bernama Syarifah Aisyah binti Abu Bakar Al-Wara bin Ahmad bin Muhammad Faqih Muqaddam. Beliau digelari Assegaf yang bermakna "atap", karena kedudukan beliau diantara para wali di zamannya bagaikan kedudukan atap dalam rumah, sebab saking tinggi dan luhurnya derajat kewalian beliau. Beliau adalah wali quthub yang menjadi pelindung umat, ulama dan para wali di zamannya. Imam Abdurrahman Assegaf memiliki tujuh anak perempuan, yaitu Maryam, Bahiyah, Fatimah, Asma, Aisyah, Alwiyah As-Sughra dan Alwiyah Al-Kubra. Semua adalah wanita mulia dan ahli ibadah. Sedangkan anak laki-lakinya berjumlah 13 orang, enam yang keturunannya terputus yaitu Umar Muhdhar, Muhammad, Ahmad, Ja'far, Syeikh dan Hasan. Sedangkan tujuh lainnya yang tetap lestari menurunkan marga Assegaf serta marga-marga lain. Antara lain Abu Bakar As-Sakran, Ali, Alwi, Abdullah, Agil, Husein dan Ibrahim. Sayyidil Walid Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf. [[email protected]]Assegaf termasuk marga generasi awal, sehingga banyak marga lain yang merupakan keturunan dari Assegaf. Di antaranya marga Alaydrus, Al-Musyayyah, Bin Syahab, Al Hadi, Al Masyhur, Al Wahath, Al Munawwar, Az Zahir, Al Baiti, Al Kuraisiyah, Bin Syeikh Abu Bakar, Ba'agil, Al-Quthban dan banyak lainnya. Imam Abdurrahman Assegaf lahir di Tarim, Yaman, tahun 739 H dan wafat di kota yang sama tahun 819 H dan dimakamkan di Zanbal bersama datuk-datuknya.

HabibAbubakar bin Muhammad Assegaf, beliau lahir di Besuki, Jawa Timur, pada tahun 1285 H. Cahaya kebaikan dan kewaliannya telah nampak dan terpancar dari wajah beliau. Saat usia 3 tahun, beliau mampu mengingat semua kejadian yang pernah terjadi pada dirinya. Semua itu karena kekuatan dan kejernihan hati beliau.

AlHabib Abu Bakar Sakran bin Abdurrahman As-Seggaf Imam Abubakar as-sakran lahir di Tarim. Beliau dibesarkan dan dididik dalam rumah kemuliaan, ketaqwaan dan ilmu. Beliau seorang yang hafal Makaberkat izin Allah swt, ia selamat. Ketika itu, ia langsung berziarah ke makam Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf. Wafatnya. Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Saggaf wafat pada malam senin, tanggal 17 Dzul Hijjah 1376 H. Usia beliau saat itu 91 tahun. Jasad beliau di makamkan di sebelah masjid agung Gresik.
HabibAbdul Qodir bin Ahmad bin Abdurrahman Assegaf wafat pada waktu Subuh, hari Minggu, tanggal 19 Rabi'uts Tsani 1431 (4 April 2010 M) pada usia 100 tahun. Jenazah beliau disholatkan di Masjidil Haram dan disemayamkan di pekuburan Ma'la setelah sholat Isya pada hari yang sama. Pendidikan
. 382 203 447 473 232 56 2 228

habib abu bakar bin abdurrahman assegaf