Jika Allah berkehendak" Rencana, kegiatan dan proyek. Semuanya tentang masa depan. "Besok saya akan melakukan ini dan itu". "Hari ini atau besok, saya akan pergi ke sana", "Pada tanggal ini atau itu, saya akan memulai pekerjaan ini", dll. Tidak ada salahnya untuk kita membuat rencana atau memiliki visi untuk masa depan. Lois Official Writer ā€œBanyak orang yang berambisi ingin mengubah dunia. Banyak orang yang berambisi untuk mengubah hidup orang lain, tetapi terlalu sedikit orang yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri,ā€ demikian kata Leo Tolstoy, seorang penulis asal Rusia. Sementara Cecil G. Osborne pernah berkata, ā€œUbahlah diri Anda, maka orang lain dengan sendirinya akan berubah sebagai reaksi terhadap Anda.ā€ Tuntutan untuk hidup sempurna seringkali membuat seseorang bersikap kritis dan menghakimi, bahkan menghukum orang lain. Seringkali seseorang menilai orang lain dengan ukuran yang sangat ketat, sementara jika ia menilai dirinya sendiri ukuran itu menjadi sangat longgar. Ini adalah sikap yang berbahaya, karena jika kita berpegang kepada kebenaran, kita tidak berwenang untuk bersikap demikian. Karena satu-satunya yang berhak atas penghakiman adalah Allah sendiri. Saudara-saudara, dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang gemar mengubah hidup orang lain. Tanpa sadar, kita pun terjebak dalam kebiasaan menilai dan menghakimi orang lain. Semua kalangan bisa jadi hakim bagi sesamanya, bahkan hamba Tuhan sekalipun. Banyak hamba Tuhan yang berusaha membereskan dosa-dosa orang lain, tetapi luput untuk membereskan dosa-dosanya sendiri. Jadi, kita semua sama-sama memiliki tantangan yang sama bagaimana belajar untuk tidak lagi menghakimi. Pada kali ini kita akan mempelajari apa kata Tuhan Yesus tentang menghakimi. Matius 71-5 TB LAI 1 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. 2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. 3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? 4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. 5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." Matius 71-5 BIS 1 ā€Janganlah menghakimi orang lain, supaya kalian sendiri juga jangan dihakimi oleh Allah. 2 Sebab sebagaimana kalian menghakimi orang lain, begitu juga Allah akan menghakimi kalian. Dan ukuran yang kalian pakai untuk orang lain, akan dipakai juga oleh Allah untuk kalian. 3 Mengapa kalian melihat secukil kayu dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kalian perhatikan? 4 Bagaimana kalian dapat mengatakan kepada saudaramu, 'Mari saya keluarkan kayu secukil itu dari matamu,' sedangkan di dalam matamu sendiri ada balok? 5 Hai munafik! Keluarkanlah dahulu balok dari matamu sendiri, barulah engkau melihat dengan jelas, dan dapat mengeluarkan secukil kayu dari mata saudaramu.ā€ Menghakimi’ itu seperti apa? Yesus mengatakan, ā€œJanganlah menghakimi, supaya kamu tidak dihakimiā€ ayat 1. Sikap menghakimi’ yang dimaksud dalam bagian ini bukan berarti kita tidak boleh menegur kesalahan orang lain, mengkritik orang lain, atau meniadakan nalar kita untuk membedakan mana benar, mana salah, mana baik, mana jahat. Jika kita melihat [kitab]Matiu713-27[/kitab], jelas sekali di situ Yesus meminta kita untuk bisa membedakan antara nabi-nabi palsu dengan nabi-nabi yang sejati. Ini berarti diperlukan kemampuan kritis untuk membedakan mana nabi yang asli dan yang palsu; mana ajaran yang benar dan yang sesat. Menghakimi atau mencari-cari kesalahan tidak sama dengan menegur. Menegur dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki. Sebagaimana yang dikatakan oleh Yakobus, kita wajib menegur seseorang jika ia melakukan kesalahan; karena jika tidak, kita pun turut berbuat dosa [kitab]Yakob417[/kitab]. Namun menghakimi hanya akan bertujuan untuk menjatuhkan orang lain. Kalau menghakimi itu bertujuan untuk memperbaiki maka itu namanya menegur. Dan hal ini sah-sah saja di mata Yesus. Namun kalau tujuan awal kita menegur orang tetapi sudah mengarah untuk mencari-cari kesalahan orang maka hal itu merupakan suatu tindakan yang dicela oleh Yesus. ā€œJangan menghakimiā€ juga bukan artinya kita tidak peduli dengan kesalahan orang lain, seolah-olah itu adalah privasi orang lain dan bukan urusan kita. Itu bukan poinnya. Sikap menghakimi yang dimaksudkan di sini adalah lebih kepada sikap yang fanatik dan agresif terhadap dosa-dosa orang lain, tetapi toleran dengan dosa-dosa sendiri. Yesus tidak melarang kita untuk mengkritik kesalahan orang lain. Jika kita melihat dalam Alkitab, Yesus seringkali mengkritik orang-orang Farisi. Yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sebenarnya adalah untuk tidak mencari-cari kesalahan atau kelemahan orang lain. Dahulukan untuk melihat kepada diri kita sendiri, dan sadarilah siapa kita di hadapan Tuhan. Selain itu, dalam mengkritik kita harus memeriksa apakah diri kita memiliki tujuan atau motif yang salah dalam hati. Dengan demikian kita akan dapat memahami atau mengerti orang lain. Dalam ayat-ayat di atas, Yesus menyajikan contoh yang cukup menggelitik. Tuhan Yesus berkata, ā€œMengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramuā€¦ā€ Selumbar bhs Yunani karphos adalah serbuk kayu yang diperoleh saat menggergaji kayu, yang berarti ukurannya sangat kecil. Kemudian Ia melanjutkan, ā€œEngkau sangat mampu melihat selumbar di mata saudaramu tetapi kamu tidak mampu melihat balok di matamu.ā€ Balok bhs Yunani dokos yang dibicarakan di sini adalah balok yang biasa dipakai sebagai penyangga atap. Biasanya berasal dari batang utama sebuah pohon yang sisi-sisinya dipotong persegi dan dipasang sebagai tiang utama. Orang yang memiliki balok dalam matanya itu, ingin menolong mengeluarkan selumbar dalam mata saudaranya. Tentu motivasi ini sangat baik kelihatannya. Tetapi masalahnya adalah tidak mungkin orang itu dapat menolong mengeluarkan selumbar dari mata saudaranya karena dalam matanya sendiri terdapat sebuah balok besar. Pada saat orang ini ingin mengeluarkan selumbar itu, ada balok yang menghalangi dia untuk bisa melihat dengan jelas selumbar itu. Dengan demikian, tak mungkin pertolongan bisa dilakukan. Saudara-saudara, kadang-kadang kita tidak peka terhadap dosa-dosa sendiri, tetapi begitu peka terhadap dosa-dosa orang lain, seperti yang dilakukan oleh Daud ketika membunuh Uria untuk mendapatkan Batsyeba, istri Uria. Pada waktu nabi Natan memberikan sebuah perumpamaan untuk menegur dosanya, Daud tidak sadar bahwa Natan sebenarnya sedang menegur dosanya melalui perumpamaan itu. Kita semua sudah tahu ceritanya. Daud malah berkata ā€œDemi Allah yang hidup, orang kaya yang telah mengambil anak domba betina dari si miskin itu, harus dihukum mati, karena ia tidak mengenal belas kasihan.ā€ Tetapi pada saat itu, nabi Natan berkata ā€œDaud, engkaulah orang itu!ā€ Baca [kitab]iiSam121-7[/kitab]. Kadang-kadang kita juga bisa seperti Daud, kehilangan kepekaan terhadap dosa-dosa kita sendiri yang sebenarnya menjijikkan di mata Allah. John Calvin pernah menulis ā€œOrang yang kudus, bukanlah orang yang tidak dapat berbuat dosa lagi, tetapi orang kudus adalah orang yang makin memiliki kepekaan terhadap dosa-dosa diri sendiri, bahkan dosa-dosa yang terkecil sekalipun.ā€ Mengapa kita tidak diperbolehkan menghakimi? Karena kita tidak mengetahui persoalan yang sesungguhnya. Dalam menilai orang lain, seringkali seseorang menempatkan dirinya pada tempat yang salah, tempat yang bukan miliknya. Kadangkala kita terlalu cepat menilai sesuatu tanpa mengetahui alasan orang lain dalam melakukan suatu tindakan. Padahal tidak seorangpun mengetahui beratnya pergumulan orang lain dalam menghadapi sesuatu. Jika saja kita mengetahui seluk beluk yang telah dilewati dalam perjalanan hidup seseorang maka kita tidak akan mudah mengeluarkan tuntutan atau penilaian yang negatif. Sebaliknya, jika kita dapat merasakan beratnya kehidupan seseorang, kita akan mampu menghargai perjuangan orang itu dalam melewati pergumulannya dan menghargai dia sebagaimana adanya. Hendaklah kita cepat untuk menilai diri sendiri dan lambat menilai orang lain. Daripada menghakimi, adalah lebih baik jika kita membebaskan orang tersebut dari dakwaan dan menahan diri untuk tidak menghakimi sampai semua fakta diketahui. Dalam menghakimi seringkali penilaian kita tidak jujur Adakalanya seseorang memiliki maksud-maksud tersembunyi ketika ia mencari-cari kesalahan orang lain. Seringkali orang cenderung menjadi subyektif dan tidak jujur ketika ia menghakimi orang lain. Ia menjadi terlalu kritis terhadap kelemahan-kelemahan kecil dalam kehidupan setiap orang di sekelilingnya. Untuk memecahkan masalah ini, Tuhan Yesus menasihatkan. ā€œKeluarkan dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramuā€ ayat 5. Kita tidak membutuhkan tukang kayu atau dokter mata untuk memahami perumpamaan Yesus ini. Namun jika kita mau mengalihkan perhatian dari selumbar yang kita lihat dari dalam diri orang lain untuk memperhatikan balok yang ada dalam mata kita sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh besar bagi diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Penghakiman adalah milik Allah Hanya Allah yang memiliki wewenang untuk melakukan penghakiman. Hanya Allah yang berhak menghakimi, karena Ia-lah Allah yang Maha Kuasa, satu-satunya Hakim yang jujur, yang benar dan adil dalam penghakiman-Nya [kitab]Wahyu167[/kitab]. Penghakiman bukan hak kita; janganlah tempatkan diri kita di tempat yang tidak seharusnya. Jika kita mengambil tempat Allah sebagai Hakim maka Allah akan menuntut pertanggungjawaban dari diri kita, dengan standar yang kita pakai ayat 2. Padahal, bukankah kita yang sesungguhnya penuh dengan dosa ayat 3 telah dibenarkan karena anugerah Allah? Jika Allah mencari-cari kesalahan manusia, maka kita tidak akan mengenal keselamatan. Namun Allah tidak melakukan itu. Sebaliknya Allah berpikir tentang kebaikan; Ia berkehendak untuk menjalankan rancangan-Nya yang indah bagi kehidupan setiap manusia ciptaan-Nya. Untuk itulah Yesus diutus untuk menyelesaikan – bukan untuk menghakimi - kesalahan kita. Karenanya, jika Allah telah menggunakan ukuran’ anugerah dan kasih dalam menghakimi manusia, janganlah menghakimi orang lain dengan ukuran kita sendiri. Kalaupun kita melihat kesalahan orang lain adalah lebih baik bila kita bergumul dan mendoakannya, daripada menghakiminya. Sumber berbagai sumber by lois horiyanti/ Halaman 1 Divonisharus beristirahat selama 9 bulan, Bellaetrix Manuputty tidak serta merta mengubur keinginan untuk bertanding lagi. Ia berharap bisa comeback. Sebenarnya kamu harus berkata ā€Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.ā€
5944 Likes, 524 Comments - on Instagram: "JIKA TUHAN BERKEHENDAK MAKA TERJADILAH : Kondisi bayi yang dibuang dari lantai III Matahari Store"

AhokYakin Menangi Pilkada DKI Jika Tuhan Berkehendak. Selasa, 16 Agustus 2016 - 20:03 WIB Oleh : Bayu Adi Wicaksono, Fajar Ginanjar Mukti; Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Sumber : Fajar Ginanjar Mukti; Share :

As the heavens are higher than the earth, so are my ways higher than your ways and my thoughts than your thoughts. 1 Timotius 2:3-4 Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Sebenarnyakamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Aplikasi Alkitab untuk Anak-Anak. Rencana Bacaan dan Renungan gratis terkait dengan Yakobus 4:15. TUHAN + TUJUAN: Bagaimana Menentukan Tujuan Sebagai Seorang Kristen. Kristus dan Virus Corona. Pengaturan Waktu Ilahi. . 455 438 329 368 51 148 339 388

jika tuhan berkehendak maka terjadilah alkitab